Mediasenior/Bandarlampung/Sport/ 09052024
---- Tim nasional Indonesia kembali terjegal pada
kesempatan terakhir perebutan tiket pamungkas untuk ke Olimpiade, di babak play
mala mini dihentikan pasukan Guinea dengan skor tipis 1-0 melalui titik putih
di babak pertama.
Gol Guinea dicetak Ilaix Moriba lewat tendangan penalti
pada menit ke-29. Penalti itu didapat Guinea usai Witan Sulaeman melanggar
Algassime Bah. Meskipun secara tidak sengaja Witan melanggar ini tetap
mendapatkan hukuman yang amat berat bagi Indonesia.
Kedudukan 0-1 ini bertahan hingga turun minum.
Sepanjang babak pertama, sebenarnya Indonesia memiliki
beberapa peluang, namun penyelesaian akhir yang masih menjadi masalah besar
bagi tim besutan Sin Tae-Yong itu.
Meski demikian, kekalahan ini memberikan banyak pelajaran
untuk ke depan. Tim ini akan beranjak ke senior, yang memiliki masa depan masih
panjang.
Tanpa VAR
Memasuki babak kedua permainan juga berjalan membosankan,
dimana anak-anak Garuda Muda tampak kurang kreatif menterjemahkan pola
permainan. Mereka masih terjebak teks
book latihan yang diberikan pelatih, dengan bola-bola mondar mandir di
belakang, di derah pertahanan sendiri.
Ini selain hanya menghabiskan waktu, namun tidak ada progress
serangan yang berarti bagi Indonesia, bahakn beberapa kali justru salah umpan
di pertahanan sendiri kepada lawan dan membahayakan gawang Ernando.
Tampaknya jalan terjal persaingan sepakbola dunia pun belum dipahami Indonesia
sepenuhnya. Tampak selama pertandingan yang disiarkan langsung RCTI itu, Guinea
tidak pernah membahayakan gawang Indonesia.
Satu gol yang didapatnya di babak pertama pun tidak
bertambah. Bahkan Indonesia lebih banyak menekan, meskipun tidak sampai membahayakan
gawang Guinea.
Namun pada menit 73, Indonesia kembali dihukum tendangan penalty
oleh wasit asal Prancis, yang menilai Dewangga melakukan pelanggaran atas salah
satu penyerang Guinea. Lagi-lagi Algassime Bah yang terjatuh di kotak penalty.
Meskipun dalam tayangan ulang, justru sebenarnya kaki
Dewangga menyetuh bola lebih dahulu sebelum menyentuh kaki Bah. Namun wasit
bersikukuh memberikan penalty kepada Indonesia. Bahkan dalam pertandingan sepenting ini justru tanpa VAR.
Ini mengakibatkan pelatih Sin Tae-Yong murka dan memprotes
keras keputusan wasit, dan akhirnya mendapatkan 2 kartu kuning dalam beberapa
detik saja, dan diusir dari bench.
Namun demikian, lagi-lagi Ernando Ari menggagalkan sebuah
penalty kedua itu, dan kedudukan tetap 0-1. Ini sebenarnya menguntungkan secara
mental. Namun lagi lagi Indonesia tidak mampu untuk menembus pertahanan Guinea
meski banyak menguasai bola.
Meski tidak terlalu buruk cara bermainnya Indonesia,
namun Guinea yang sebenarnya tidak terlalu istimewa itu justru diuntungkan
karena golnya dari titik putih saja sudah cukup untuk membawa mereka ke Paris
nanti.
Belum waktunya sayang, kalian ke Olimpiade Paris.
Karena bagaimana kalian adalah tim debutan yang masih
sangat gampang dipecundangi wasit manapun dengan cara yang sangat halus. Salah
satunya adalah pemberian tendangan penalti kepada Guinea.
Bagaimanapun Guinea adalah mantan koloni Prancis yang dimerdekakan pada 1958, jadi jika disuruh memilih, meloloskan mana? Maka wasit Perancis itu pasti memilih Guinea. (tim)
Berikan Komentar