Mediasenior/Bandarlampung/Sport/18032024
--- Pekan olahraga
provinsi (Porprov) bisa menjadi salah satu program pembinaan olahraga dengan
memprioritaskan nomor-nomor prestasi yang kelak menjadi andalan sebuah provinsi
di Pekan Olahraga Nasional.
Ini diungkapkan Ketua
Harian Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Lampung, Brigjen TNI (Purn)
Amalsyah Tarmizi, belum lama ini di Bandarlampung.
“Kita harus berani
melakukan perubahan yang signifikan di dalam pola pembinaan atlet kalau mau
memperbaiki kinerja olahraga. KONI memang tidak punya atlet, yang punya adalah
cabang olahraga. Jadi musti harus ada kerjasama yang harmonis dan baik. Untuk
membuat formulasi sebuah multi even semacam Porprov harus dengan konsep yang
jelas dan terukur. Karena ini menggunakan dana APBD murni dari rakyat,”
katanya.
Amalsyah mencontohkan
bahwa beberapa daerah sudah memberlakukan bahwa untuk peserta Porprov usia
atlet dibatasi dengan menyesuaikan keperluan cabang olahraga tersebut, dengan
pedoman utama adalah cabang olahraga PON (Pekan Olahraga Nasional-red).
“Selama ini yang kita
lakukan adalah sebanyak-banyaknya nomor dipertandingkan di Porprov. Dan
sebenarnya harus disadari bahwa pola ini keliru. Karena puncaknya di Porprov
tahun lalu, banyak masalah KONI Daerah dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota
masing-masing. Terutama terkait bonus. Ini harus diakui lo. Maka dari itu nanti di Rapat Kerja Provinsi KONI Lampung hal
ini harus dibahas detailnya,” kata Amalsyah.
Meskipun masih cukup lama
pelaksanaan Porprov yakni sekitar tahun 2025, namun mulai sekarang harus
dipikirkan tentang pola yang se efisien mungkin terutama menyangkut dana.
Kemudian juga terkait perpindahan atlet dan aturan mainnya yang disepakati
bersama.
Cabor Olimpic Sport
“Silahkan dirembug dengan elegan seluruh cabor. KONI
sebagai fasilitator kan bisa dong
usul. Dan kadang juga urun rembug sebelum keputusan akhir diambil bersama-sama.
Kami faham, sejarahnya KONI ini terbentuk karena adanya cabang olahraga, tetapi
kalau KONI diam saja dan tidak kreatif, kira-kira gimana? Apakah cabor yang
akan mengatur masing-masing? Lampung ini milik bersama jadi kita harus
bersama-sama, jangan sendiri-sendiri.” Tambahnya.
Amalsyah menegaskan bahwa kepentingan Lampung lebih besar
dari pada kepentingan ego sentris. Maka dari itu, diminta seluruh pengurus
cabang olahraga juga berfikir dengan pola kemajuan dan mengubah pola pembinaan
yang lebih baik, ke depannya.
Masih menurut Ketua Harian KONI Lampung itu, kedepan
Porprov hanya akan mempertandingkan cabang olahraga Olimpic saja, artinya
mengacu pada Olimpiade.
“Harus ada yang berani berubah dalam pembinaan. Kalau hanya begini-begini saja, Porprov taka da manfaatnya. Coba kalau mau lihat sekarang hasil Porprov, apakah atlet itu juga yang kelak mewakili PON Lampung. Okelah sekarang berapa persen yang bisa memenuhi persyaratan ini?” katanya.
Oleh karenanya, tambah Amalsyah, para pengurus cabang
olahraga di Lampung harus mau berusaha keras dalam pembinaan atletnya bahkan
melalui tahapan regenerasi yang baik terutama melalui jenjang Porprov itu.
Terutama mengenai batas usia, bahwa ajang Porprov
hendaknya difokuskan pada pembinaan atlet yang menjelang PON, bukan untuk usia
dini atau sederajat.
“Daerah lain sudah membatasi soal usia ini, dan tentunya
punya tujuan yang baik demi prestasi olahraganya. Silahkan mempertandingkan
nomor diluar dari nomor di PON, misalnya usia dini, kadet dan lain-lain, tetapi
jangan di Porprov. Buat single event, dan apalah namanya untuk memberikan
tempat anak-anak bisa berkompetisi. Tetapi bukan di Porprov,” tegasnya. (don)
Berikan Komentar