Mediasenior/Palembang/Sport/02092023
---- Drama luar biasa dari arena Pencak Silat Pekan
Olahraga Pelajar Nasional (POPNas) XVI Palembang Sumatera Selatan yang
berlangsung di Aula Dekranasda Sumsel.
Lampung yang menempatkan 3 Pesilatnya di final,
masing-masing dari putri berhadapan dengan pesilat NTT, kemudian dua putera
berhadapan dengan Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Pada partai pertama Pesilat Putri Lampung Sukma di kelas
C putri kalah 8-29 dari pesilat Nusa Tenggara Timur dalam Tiga babak.
Pertandingan yang digelar bdi Aula Dekranasda Provinsi
Sumatera Selatan itu berlangsung tidak seimbang.
Dimana Sukma permainan nya tidak berkembang dan beberapa
kali kakibkanannya berhasil ditangkap oleh lawan dan berhasil pula dijatuhkan.
Dengan teknik menjatuhkan lawan ini NTT bisa mendulang
lebih dari 15 poin. Sementara itu Sukma terlihat selalu ragu-ragu dalam
melakukan serangan demi serangan, sehingga lawan dengan leluasa mendikte
pertandingan itu.
Dengan kekalahan ini Sukma harus puas dengan medali
Perak, sementara Pesilat NTT merebut medali Emas.
Kemudian di bagian putra katagori tanding kelas E putra,
Johan Pratama bertemu pesilat dari Jawa Timur. Di partai ini drama itu terjadi,
dimana penilaian wasit sangat luar biasa dengan terang-terangan membela Jawa
Timur.
Utamanya dalam penulisan skor di mediatron yang terbuka
dan bisa dilihat oleh seluruh pelatih, ofisial dan penonton.
Kecurangan
Terang-terangan
“Kecurangan” bukan dilakukan oleh pesilatnya atau
atletnya, namun justru wasit, juri serta scoring man yang dengan seenaknya
menambahkan nilai di papan skor. Ini dilihat seluruh penonton yang ada di sana,
bukan saja supporter Lampung, namun juga daerah lain.
Pertarungan kedua pesilat sejatinya sangat imbang dan
seru dalam pertarungan tiga ronde. Pada Ronde pertama nilai sangat imbang,
bahkan Johan sempat mengungguli perolehan nilai Jawa Timur.
Namun mulai babak kedua, terjadi keadaan yang luar biasa,
dimana pertandingan yang demikian seru malah menjadi gaduh oleh suara penonton
yang selalu berteriak skornya salah. Namun hal ini tidak digubris perangkat
pertandingan yang memimpin laga ini.
Sampai puncaknya pada ronde ketiga, nilai masih sama
hingga waktu mau selesai ronde ketiga. Kemudian gong berbunyi yang berakhirnya
pertandingan, namun pesilat Jawa Timur membanting Johan beberapa detik
setelahnya. Dan ini di scoring board
tetap ditulis poin untuk Jawa Timur.
Pada saat itu wasit mengesahkan kemenangan Jawa Timur
dengan selisih nilai satu bantingan tadi. Namun kubu Lampung langsung
melayangkan protes kepada panitia karena itu dianggap draw.
Akhirnya prites diterima, dan nilai dianggap sama. Namun masih ada jalan lain yang memenangkan Jawa Timur, yakni menghitung banyaknya kesalahan kedua pesilat.
Alhasil, Lampung harus tetap puas dengan medali Perak.
Karena dianggap lebih banyak melakukan kesalahan.
Pada katagori tanding kelas F Putra, Elvin Kurniawan
bertemu dengan pesilat Kalimantan Timur, tidak menemukan banyak kesulitan dan
Elvin leading sejak ronde pertama. Meskipun ada nilai-nilai aneh muncul, namun
tidak terlalu para seperti sebelumnya.
Dan akhirnya Elvin menang dengan angka mencolok, 58-40,
dan dia memecahkan kebuntuan Lampung dalam memecah telur emas di POPNas kali
ini.
Mengerikan
Budi Martha Utama, ketua kontingen Lampung yang
menyaksikan langsung pertandingan tersebut mengaku tidak habis piker tentang
kekalahan Johan. Dia juga memperhatikan, ada yang aneh dalam pemberian nilai.
“Kita yang lihat kok. Dia tidak melakukan serangan
pukulan atau tendangan ee tiba-tiba ada poin bertambah. Dan seterusnya. Maka kami
protes itu bukan soal medalinya. Tetapi ini prosesnya benar-benar mengerikan.
Beberapa poin salah tulis pun pertandingan tetap berjalan saja.” Katanya.
Namun, tambah Budi, ini menjadi pelajaran berharga. “Bagi
kami tidak semata-mata memburu medali dengan segala cara. Kami kalahpun tidak
masalah, jika itu memang kenyataannya seperti itu dan kelihatan jelas. Kalau
seperti ini yaa menyedihkan. Dan ini membunuh karir atlet muda,” tambahnya.
Dia berharap agar perangkat pertandingan pada cabang
olahraga apapun juga seharusnya berbuat sportif, dan tidak merusak olahraga
Indonesia.
“Popnas ini dari dunia pendidikan lo. Anak-anak kita yang
masih sekolah. Kalau sudah diperkenalkan dengan drama seperti ini, bagaimana
kelak mereka, menerima olahraga ini sebagai pilihan karirnya. Mereka pasti
berfikir untuk selalu siap dicurangi. Bukan oleh lawan, tetapi oleh perangkat
pertandingannya. Kan ironis,” ungkapnya.
Namun demikian Budi berharap hal ini tidak lagi terulang,
bahwa seolah-olah daerah yang kecil tidak boleh menang lawan daerah yang besar.
“Ini kesannya jadi begitu,” katanya.
Lampung akhirnya menerima keputusan tersebut, dan secara
total Pencak Silat Lampung memperoleh 1 medali Emas, 3 Perak dan 3 Perunggu.
(don)
Berikan Komentar