Mediasenior/Bandung/Fornas/06072023
----- Nada kecewa bercampur prihatin dilontarkan beberapa
perwakilan daerah dari induk organisasi olahraga Fespati pada panitia
penyelenggaran lomba inorga tersebut di gelaran Festival Olah Raga Nasional
(Fornas) VII, Bandung Jawa Barat.
Selain beberapa perwakilan dari daerah Sumatera dan Jawa
lainnya yang memperbincangkan soal mekanisme lomba yang kurang nyaman, peserta
dari Lampung juga mengevaluasi pelaksanaan lomba kali ini, yang menilai bahwa
panitia di Bandung tidak lebih baik dari Sumatera Selatan.
“Masih tetap terkesan belum berpengalaman. Namun kami
yang selalu berusaha untuk tetap gembira, walaupun jujur saja ini harus segera
diperbaiki ke depannya.” Kata Muhamad Azis kepada mediasenior.id Rabu 5 Juli 2023.
Dia menegaskan bahwa panitia gagal memanfaatkan lahan
pertandingan yang luas dengan manajemen waktu yang baik selama perlombaan
berlangsung. Lahan yang luas di Lapangan Udara Soleman ini seperti tidak
memberikan kelebihan untuk penyelenggaraan Fespati, sehingga terjadi lagi
pertandingan sampai malam hari bahwa anak-anak main lebih dari jam 20.00 wib,
dengan bantuan penerangan lampu mobil.
“Jika manajemen waktu panitia baik, maka tidak akan
terjadi. Siang itu ada waktu 3 hingga 4 jam tidak dipergunakan. Bahkan untuk
sesi anak-anak bisa dilakukan pada siang hari itu, namun sampai habis Salat
Ashar perlombaan baru digelar, yang seharusnya itu sudah selesai jika lepas
Dhuhur dilaksanakan. Delay waktu ini mengulang bahkan lebih parah dari Fornas
sebelumnya,” tambahnya.
Minim Dokumentasi
Kemudian pesertanya luar biasa banyak dan ada 15 katagori
lomba itu tidak dilakukan rundown
dengan efektif, meski secara tertulis sudah dicantumkan jadwal sedemikian rupa.
“Jika ini dilaksanakan, semua tidak sampai malam,” katanya.
Yang juga penting, tambah Azis, soal dokumentasi untuk
memotret target dalam rangka menghitung arrow. Ini sangat minim. “Apalagi event
sebesar ini, dokumentasi itu sangat penting karena sebagai bukti autentik dan
jujur. Jika mengandalkan petugas secara manual saja, kemungkinan silap melihat
itu akan bisa terjadi. Namun dengan dokumentasi maka jika ada protes atau komplain
dalam mencocokkan data kan bisa menunjukkan bukti yang jelas,” katanya.
Persoalan itu sudah disampaikan ke panitia, namun tetap
tidak ada perubahan yang berarti. “Seharusnya sebelum mengumumkan untuk naik ke
podium, panitia mengumumkan terlebih dahulu nilai-nilai pemenang. Sehingga
ketika peserta ada komplain masih ada waktu untuk mencocokkan dan revisi hasil
akhir. Itu terjadi pada kami. Atlet kami pada saat lomba dalam perhitungan
sudah masuk hitungan medali Perak. Namun di podium ternyata jadi medali
perunggu. Dan ketika kami lihat score sheet, yaa seharus kami yang perak.
Tetapi apapun itu sudah terjadi, semoga ke depan tidak terulang lagi,” ujarnya.
Dengan venue
yang sebegeitu luas, tidak tersedia lokasi yang memadai untuk tenda atlet, juga
merupakan kendala non teknis yang sangat mengganggu. Apalagi sarana MCK sangat
jauh dan sedikit dan jauh. Dengan jumlah peserta ratusan orang, pasti sangat menjadi
kendala non teknis lainnya.
“Tetapi terlepas dalam hal itu, Alhamdulillaah
acara yang digelar sukses, dapat berjalan dengan apa adanya dan diterima dengan
baik dari para penggiat. Harapan kita Semoga kedepannya lebih baik lagi dalam
semua aspek sarana pra sarana,” katanya. (don)
Berikan Komentar