Keterangan gambar: Dari kiri kekanan. Sri Haryono (juara 3), Mayor Suparno (Lanud), Letkol Gatot Suryono (Kapengprov Paralayang Lampung), Haris Nasution (Juara 2), Dayeng (Juara 1), Kapten Rofiq, Letkol Qomarudin (Ketua Panita). Foto: dok Panitia.
Mediasenior|Lampung selatan|Paralayang|01092025
---- Ketua Paralayang Provinsi Lampung, Letkol Laut (T)
Gatot Suryono mengatakan bahwa Paralayang merupakan olahraga dirgantara yang memiliki
beberapa ciri khas yang spesifik, termasuk lokasi untuk latihan dan berlomba. Sehingga
memerlukan keuletan dalam memilih lokasi terbang.
Ini disampaikan Gaot kepada mediasenior.id Minggu, 31
Agustus 2025 di Bakauhen Lampung Selatan, disela kegiatan Festival Krakatau dan
pembukaan venue latihan dan bertanding Paralayang di kawasan Bakauheni,
tepatnya di Batu Alif Paragliding – Dusun Kayu Tabu Desa Klawi kecamatan
Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.
Atlet Muda
Gatot mengatakan bahwa Paralayang Lampung saat ini sedang melakuakn rekruitmen dan pelatihan secara serius terhadap beberapa anak muda diantaranya beberapa mahasiswa putra dan putri untuk diberikan ketrampilan khusus para olahraga ini.
“Saat ini kami memiliki 4 pilot pria dan wanita.
Anak-anak muda, salah satunya adalah putri pemilik lahan ini, yakni Ade Anisa.
Tampak anisa cukup berbakat. Sudah kami test beberapa kali terbang dan sungguh
menggembirakan perkembangannya,” kata Gatot.
Selain Anisa, masih ada beberapa yang tampaknya akan
menjadi kekuatan Paralayang Lampung kedepan seperti, Haris, Doku dan Manda dari
Mapala Unila, kemudian ada Nova dari Itera, dan beberapa warga setempat seperti
Sekira, Rahma dan beberapa lainnya memiliki kemampuan yang menjanjikan.
Untuk para atlet muda ini, Gatot akan segera mengusahakan
agar mereka mendapatkan lisensi terbang dari FASI sebagai syarat untuk
mengikuti babak kualifikasi PON XXII di NTT-NTB 2028.
“Mungkin ini bukan kebetulan, namun ini kehendak Tuhan.
Bahwa kami diberikan kepercayaan oleh pemilik lokasi tersebut, dan kebetulannya
itu atas nama Ade Anisa, putri dari bapak Arahman Mtholib dan Hj. Saibah.” Tambah
Gatot.
Saat ini latihan sudah berjalan rutin setiap Sabtu dan
Minggu, biasanya ada 10 orang yang mencoba terbang di sana.
“Peralatan sementara dipinjami dari teman-teman pegiat
Paralayang Lampung. Dan kami sudah mendapat bantuan dari Dispora provinsi
Lampung dua set peralatan Paralayang, dan satu Parasut dari TNI AU.” Ungkap Gatot.
Dapat Venue
Gatot menegaskan bahwa ini momentum awal untuk memulai. “Ya
memang kami mendapatkan venue ini tahun lalu pada 3 November 2024. Batu Alif
Paragliding Site Batu Alif Paragliding ini mulai ditemukan sebagai lokasi yang
tepat,” ungkapnya.
Dia memulai pembukaan lahan dan penataan area take-off bersama dengan komunitas
Paralayang Lampung Club (PLC), keluarga besar Arahman Mtholib dan Hj. Saibah,
serta warga dusun Kayu Tabu dengan semangat dan dedikasi yang tinggi untuk
membangun area take-off Paralayang Lampung.
Ini. Lanjut Gatot, sebagai momen bersejarah terjadi pada
tanggal 3 November 2024. Ketika itu Gatot berhasil melakukan penerbangan
perdana menggunakan parasut Davinci
Rhythm 2 di area Batu Alif Paragliding.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa Batu Alif
Paragliding memiliki potensi yang besar untuk aktivitas wisata dan olahraga
dirgantara paralayang, sekaligus menandai kelahiran destinasi baru sebagai
wisata paralayang pertama di Provinsi Lampung.
Sejak penerbangan pertama itu, Batu Alif Paragliding
terus berkembang dan sudah digunakan terbang oleh pilot-pilot lokal maupun
nasional.
Site ini
semakin populer di kalangan komunitas paralayang yang ada di Indonesia dan
menarik banyak pilot-pilot paralayang dan wisatawan untuk menikmati keindahan
pemandangan Gunung Anak Krakatau, Tanjung Tua, pulau Sebesi, pulau Sebuku dan
gunung Rajabasa yang menjadi ikon di wisata Batu Alif Paragliding.
Kendala Akses
jalan
Gatot dan kawan-kawan memang gigih dalam merintis untuk
menghidupkan olahraga ini di Lampung, sejak usai PON XXI 2024 lalu langsung
gerilya, hingga sekarang sudah mendapatkan venue yang dinilainya cukup ideal
untuk latihan dan perlombaan.
“Lokasi ini terkoneksi juga dengan sebuah pantai di bawah
sana, yang namanya pantai Minang Rua sebagai tempat landingnya di bawah.
Meskipun dengan situasi angina sampai saat ini sangat mendukung, para pilot
juga bisa landing di atas. Tetapi juga isa landing di pantai,” tambahnya.
Di lokasi ini, lanjut Gatot, keadaan angin sangat bagus
sampai sekarang. Karena angina sebagai faktor utama untuk olahraga ini. Terbaik
kecepatan angina 10 sampai 15 Km/jam. Bisa terbang tinggi dan top landing atau
mendarat di atas. “Tapi kalau angina dibawah 8 Km perjam, yaa biasanya pilot
landing di bawah.” Tambahnya.
Memang masih ada kendala yakni jalan masuk ke lokasi
kurang lebih ada 700 meter masih tanah dan bebatuan, sehingga agak sulit untuk
ke sana, terlebih kalau hujan.
“Lokasi ini sudah kami rintis sejak lama, dari waktu itu
hanya bisa dilewati sepeda motor dan sekarang bisa masuk mobil, memerlukan
perjuangan yang berat dan kesabaran kita semua. Nah saat ini kami berharap ada
peran pemerintah setempat untuk membantu terutama akses masuk ke lokasi itu,”
ungkap Gatot. (don)
Berikan Komentar