Khairun Nisa
Berawi*, Michele Adiva Putri
*Akademisi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PUASA, baik
karena alasan keagamaan, budaya, maupun kesehatan, menghadirkan tantangan dan
peluang unik bagi individu yang ingin mempertahankan gaya hidup aktif.
Berolahraga saat berpuasa memerlukan perencanaan strategis untuk mengoptimalkan
performa, mencegah kelelahan, dan meningkatkan capaian kebugaran dan tehnis
secara keseluruhan. Bahasan kali ini mengenai strategi efektif untuk atlet
tetap bisa berolahraga, membangun adaptasi fisiologis, serta menjaga manfaat dan
efektifitas latihan selama berpuasa di bulan ramadhan.
Memahami
Puasa dan Dampaknya terhadap Olahraga
Puasa
mewajibkan umatnya untuk melakukan pembatasan makanan dan minuman dalam jangka
waktu tertentu. Bergantung pada jenis puasa—seperti puasa intermiten, puasa
keagamaan (misal puasa Ramadan), atau puasa berkepanjangan—menyebabkan ketersediaan
energi dan tingkat hidrasi dapat bervariasi, yang memengaruhi performa
olahraga). Saat berpuasa, tubuh terutama bergantung pada glikogen dan lemak
yang tersimpan dalam sebagai sumber energi, yang menyebabkan adaptasi metabolik
yang berbeda pada setiap atlit atau pelaku olahraga, dan memengaruhi daya
tahan, kekuatan, dan pemulihan). Diperlukan adanya strategi tepat agar olahraga
tetap bisa dilakukan di bulan Ramadhan.
Strategi
Berolahraga Selama Berpuasa
1.
Memilih Waktu yang Tepat untuk Berolahraga
- Sebelum Puasa: Berolahraga sebelum waktu
puasa dimulai memungkinkan individu untuk segera menggantikan glikogen dan
menghidrasi kembali tubuh. Bisa dilakukan sebelum makan sahur tetapi
kurang disarankan karena dapat meningkatkan risiko dehidrasi di siang
hari.
- Selama Puasa: Berolahraga saat berpuasa
dapat meningkatkan oksidasi lemak tetapi harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mencegah dehidrasi dan kelelahan (Aird et al., 2018). sebaiknya
dilakukan 2 jama sebelum berbuka dan diselesaikan maksimal 30 menit
sebelum berbuka
- Setelah Berbuka: Berolahraga setelah berbuka
puasa memungkinkan tubuh menggunakan energi yang baru dikonsumsi, sehingga
ideal untuk latihan intensitas tinggi atau latihan ketahanan.
2.
Menyesuaikan Intensitas dan Jenis Latihan
- Latihan Intensitas Rendah: Aktivitas seperti berjalan,
yoga, dan peregangan ringan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan
bermanfaat selama berpuasa .
- Latihan Intensitas Sedang: Latihan kekuatan dan kardio
intensitas sedang dapat dilakukan jika cadangan energi yang ditentukan
dengan asupan selama berbuka sampai sahur mencukupi.
- Latihan Intensitas Tinggi: Aktivitas seperti sprint atau
latihan beban berat sebaiknya dijadwalkan di sekitar waktu makan seperti
setelah berbuka, tetapi tetap diingat bahwa untuk mengoptimalkan performa
dan pemulihan sebaiknya diselesaikan maksimal 3 jam sebelum jam tidur.
Asupan pada saat dilaksanakan latihan ini harus diseimbangkan dengan
asupan energi dari makanan gizi seimbang dan takaran cairan yang cukup
sesuai luaran dan kebutuhan saat berpuasa di esok hari.
3.
Menjaga Hidrasi/ cairan tubuh dan Mengelola Elektrolit
- Menjaga asupan cairan (hidrasi)
sebelum dan sesudah periode puasa sangat penting untuk mencegah dehidrasi dosis minimal terukur sekitar 30 cc per
kg berat badan yang dibagi dalam dosis terbagi beberapa gelas yang diminum
sejak buka hingga sahur.
- Mengonsumsi makanan atau minuman
yang kaya elektrolit (jika diperbolehkan) dapat membantu menjaga fungsi
otot dan daya tahan tubuh. Asupan buah dan sayur selain menjadi sumber
vitamin dan mineral juga memiliki serta yang kaya yg akan menjaga retensi
air di saluran cerna dan membantu dalam mencegah dehidrasi.
- Memantau warna urin dan kadar
caoran tubuh (hidrasi) memastikan keseimbangan cairan yang optimal
sehingga membantu performa latihan yang optimal.
4.
Mengoptimalkan Asupan Nutrisi
- Nutrisi Sebelum Puasa: Makanan seimbang yang kaya
karbohidrat kompleks, lemak sehat, dan protein dapat memberikan energi
yang bertahan lama, takaran juga disesuaikan dengan aktifitas yang
dilakukan dalam latihan dan keluaran energi yang dibutuhkan. Sebaiknya
asupan makanan yang lakukan juga terbagi dalam 2 makan besar diikuti
makanan pendamping yang bisa kaya protein sesuai takaran kebutuhan yang
pada atlet biasanya 2-2.5 gram/ kg BB.
- Nutrisi Setelah Berbuka: Memprioritaskan protein untuk
pemulihan otot setelah latihan berat, karbohidrat untuk menggantikan
glikogen sebagai cadangan energi, dan lemak sehat untuk energi
berkelanjutan sangat penting. Sehingga harus diyakinkan komposisi makanan
dari berbuka sampai sahur memenuhi prinsip gizi seimbang.
- Suplemen: Bergantung pada kebutuhan
individu, BCAA, protein shake, atau multivitamin dapat mendukung
pemeliharaan dan performa otot. Vitamin dan mineral yang di dapat dalam
suplemen akan membantu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang optimal.
5.
Mendengarkan Sinyal Tubuh
- Mengenali tanda-tanda kelelahan,
pusing, atau dehidrasi sangat penting sehingga menjadi salah satu
indikator untuk menentukan durasi latihan.
- Menyesuaikan durasi, intensitas,
dan frekuensi latihan berdasarkan kebutuhan energi personal atlit atau
pelaku olahraga sehinga tetap meningkatkan keselamatan dan efektivitas
olahraga dan tetap bisa beribadah puasa di bulan ramadhan.
Kesimpulan
Berolahraga
selama berpuasa dapat memberikan banyak manfaat jika dilakukan dengan strategi
yang tepat. Dengan memilih waktu yang tepat, menyesuaikan intensitas latihan,
menjaga hidrasi, mengoptimalkan nutrisi, dan mendengarkan tubuh, individu dapat
memperoleh manfaat kesehatan yang signifikan. Latihan dalam keadaan puasa
meningkatkan metabolisme lemak, meningkatkan sensitivitas insulin,
menyeimbangkan hormon, dan meningkatkan kejernihan mental, menjadikannya alat
yang kuat untuk kesejahteraan secara keseluruhan. Baik bertujuan untuk
manajemen berat badan, kesehatan metabolik, atau performa atletik,
mengintegrasikan olahraga dengan puasa dapat menjadi pendekatan yang efektif
dan berkelanjutan untuk kebugaran. ***
Berikan Komentar