---- Tim estafet putri 4x400 meter cabang Atletik Lampung membuat sejarah baru dengan meraih satu medali Perak di iven nasional sekelas Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Sumatera.
Tim Estafet itu terdiri dari Febriana Ulfa, Lusia Ajeng Astuti, Nisaul Munawaroh dan Anggun Lestari mampu memberikan perlawanan dari para pelari Bangka Belitung, Riau dan Sumatera Selatan.
Medali Emas diraih Bangka Belitung dengan catatan waktu 4.05.uy, sementara Lampung dengan catatan waktu 4.11.37 detik mendapatkan medali Perak dan medali perunggu diraih tim Estafet Sumbar dengan catatan waktu 4.12.46 detik.
Pada nomor andalan Lampung yakni Sapta Lomba, Nabella Ariantika meraih poin 3.889 hanya meraih medali Perak, sementara medali emas diraih atlet Babel Rohimayati dengan poin 4.162 dan medali Perunggu Romadona dari Sumbar dengan point 3.723.
Satu lagi nomor 800m putra, M. Fadli gagal meraih medali setelah finish di urutan 6 dari 9 peserta. Sehingga sampai hari keempat ini, Tim Atletik Lampung meraih 2 emas 2 perak dan 4 perunggu.
Menurut Sekum Pengprov Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Lampung, Marsum Gombong, saat ini memang kiblat kekuatan atletik di Sumatera adalah Kepulauan Bangka Belitung.
Terbukti dari 46 medali emas yang diperebutkan di Porwil XI Sumatera 2023 ini, Bangka Belitung merebut 24 medali Emas. “Ini lebih dari separo medali yang diperebutkan di atletik. Dan informasinya, Babel mengirimkan lebih dari 40 atlet di cabang ini saja. Satu atlet ada yang meraih 3 medali emas.” Katanya kepada mediasenior.id, Rabu malam.
Sarana dan Prasarana
Ini semua, tambah Marsum, karena didukung sarana dan prasarana yang baik dan merata. “Di setiap kabuaten dan kota sudah memiliki lapangan atletik yang baik dan standar. Sementara kalau dibandingkan di Lampung sangat jauh. Di Lampung ada dua lapangan yang menggunakan lintasan atletik ada di Bandarlampung, dan satu di Lampung Selatan. Lihat saja, stadion Pahoman penuh dengan kegiatan untuk umum, bahkan yang atlet malah tidak kebagian,” ujarnya.
Sebelumnya, tokoh atletik Lampung, Dr Dwi Priyono mengatakan bahwa saat ini kebijakan pemerintah belum berpihak pada olahraga sepenuhnya, khususnya Atletik.
“Pada kenyataannya, Pahoman bukan lagi menjadi sarananya Atletik. Namun sudah menjadi sarana umum dan tidak ada lagi jadwal yang nyaman untuk berlatih bagi atlet prestasi. Menurut saya ini harus ditinjau ulang. Silahkan dipakai masyarakat tetapi ada batasannya.” Katanya.
Dwi menegaskan bahwa harus ada pengawasan secara melekat sarana dan prasarana itu, agar masyarakat juga bias diedukasi bahwa di lapangan Tartan itu semua menjaga kondisinya. “Tidak boleh merokok di lintasan itu, tidak boleh memakai kereta dorong anak-anak apalagi untuk orang dewasa. Silahkan berjalan seperti biasa saja dengan sepatu olahraga. Jika semua mau menjaga sarana dan prasarana kita dengan baik, akan bias dipergunakan dalam waktu yang lama untuk olahraga prestasi,” tambahnya.
Pada kesempatan lain, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Lampung, Descatama Paksi Moeda mengatakan tentang rencana pemugaran dan perbaikan kembali lintasan Atletik di stadion Pahoman Bandarlampung agar bisa difungsikan sebagaimana peruntukannya, yakni salah satunya untuk pembinaan prestasi cabang olahraga atletik.
“Pasti akan kami tertibkan. Karena semua harus diatur dengan baik sesuai dengan peruntukannya. Untuk masyarakat juga pasti diperbolehkan mengakses, namun semua juga harus diatur sebaik-baiknya.” Kata kepada mediasenior.id disela-sela mensupport para atlet di Porwil Riau baru-baru ini. (don)
Berikan Komentar